GEMA, PULAULAUT - Perburuan terhadap tujuh narapidana
(napi) yang kabur dari Lapas Kelas II B Kotabaru, terus berlangsung. Sabtu
(4/1) dini hari, petugas Polres Kotabaru mengakhiri pelarian salah seorang
napi, Ristiansyah alias Risti alias Haris.
Penangkapan terhadap napi kasus
pencurian disertai tindak kekerasan itu diwarnai tembakan dari polisi.
Akibatnya, betis dua kaki Risti berdarah terkena peluru.
Pria asal Batulicin,
Tanahbumbu itu ditangkap di perkebunan kelapa sawit, Desa Betung, Pulaulaut
Timur, Kotabaru.Informasi yang diperoleh BPost,
penembakan itu kabarnya dilakukan karena Risti justru melakukan perlawanan saat
diminta menyerah.
Sekitar 10 tembakan dilepas polisi yang mengepungnya. Namun,
hanya lima tembakan yang mengenai betis kanan dan kiri pria tersebut. Setelah mendapat perawatan medis,
Risti langsung dijebloskan ke tahanan Mapolres Kotabaru.
Sebenarnya ada delapan napi yang
kabur dari lapas itu melalui cara meloncat dari salah satu pos pemantau,
setelah melumpuhkan seorang petugas yang berjaga, Minggu (29/12) sore.
Mengenai keberadaan teman-temannya
yang masih buron, Risti mengaku tidak mengetahui. Kali terakhir mereka bertemu
adalah saat berada di belakang lapas, sesaat setelah kabur.
“Setelah keluar dari lapas, kami
berpisah untuk menyelamatkan diri. Tidak tahu ke mana yang lainnya. Kami tidak
saling tahu, karena masing-masing menyelamatkan diri,” ujarnya.
Setelah merampas sepeda motor, Risti
mengaku sempat sembunyi di Desa Lontar, Pulaulaut Barat. Di sana, dia tinggal
selama beberapa hari. Untuk makan, Risti meminta kepada beberapa temannya yang
pernah satu penjara. “Di Desa Lontar banyak teman-temanku. Kenal sewaktu
sama-sama di lapas,” ucap dia.
Saat ditangkap di perkebunan kelapa
sawit di Desa Betung, Risti dalam perjalanan menuju tempat persembunyian lain
di Desa Berangas, Pulaulaut Timur. “Baru perjalanan sudah ditangkap,” katanya.
Risti mengaku hanya ikut-ikutan
kabur. Sementara yang merencanakan adalah empat rekannya yang kini masih buron
yakni Moreno Sirait, Eko Saputra Butarbutar, Edi alias Panduwinata, dan Marben
Acilis Rumapea. “Aku tidak ikut merencanakan. Mereka
berempat yang lebih tahu,” tegas dia.
Saat dihubungi, Kasat Reskrim Polres
Kotabaru AKP Fahrurozi menegaskan terus mengerahkan anak buahnya untuk memburu
enam napi lain yang masih buron. “Kami masih melakukan pengejaran,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, Kepala Divisi
Kanwil Kemenkum HAM Kalsel, Budi Raharjo sempat mengingatkan para petugas di
Lapas Kotabaru. Dia mengatakan lapas tersebut tidak hanya rawan diselundupi
barang ‘terlarang’ namun rentan napi kabur karena jumlah petugas tidak
sebanding warga binaan.
Kabarnya, jumlah petugas di Lapas
Kotabaru sebanyak 24 orang. Untuk penjagaan dibagi empat regu masing-masing
berjumlah lima petugas. Selain bertugas di pos pemantau mereka juga harus
melakukan pengamanan di bagian dalam lapas. Sementara jumlah warga binaan
sebanyak 830 orang padahal kapasitasnya hanya 180 orang.
Karena itu pula, ada warga binaan
yang ditempatkan di ruang pesantren. Bahkan berdasar pantauan, tidak ada pula
pengamanan khusus di dinding lapas sehingga siapapun bisa merapat ke dinding
setinggi sekitar delapan meter tersebut.
Sekedar diketahui - Moreno Sirait, kasus perampokan, asal Tanbu
- Eko Saputra Butarbutar, kasus perampokan, asal Tanbu
- Marben Achilis Rumapea, kasus perampokan, asal Tanbu
- Edi bin Adi alias Pandu Winata, kasus perampokan, asal Tanbu
- Jamri bin Jainuddin alias Jamri, kasus pencurian, asal kotabaru
- Junaidi bin Jamlanoor, kasus pembunuhan, asal Kotabaru
- Ristiansyah alias Haris bin Abdul Muis, kasus pencurian, asal Tanbu (sudah
ditangkap)
- Sabriansyah, kasus perampokan, asal Tanbu (sudah ditangkap)
- Editor : Rian - Sumber :
Banjarmasin Post