GEMA, JAKARTA - Indocement adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 24,9 juta ton semen yang tersebar di 13 pabrik yaitu, 10 pabrik berlokasi di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat, 2 pabrik di kompleks pabrik Cirebon, Palimanan, Jawa Barat dan 1 pabrik di kompleks pabrik Tarjun, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Yang mana entitas anaknya bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen sebagai usaha inti dan beton siap-pakai, serta tambang agregat dan trass, dengan jumlah karyawan mencapai 5.200 orang.
Melihat dari situasi yang sekarang di tahun 2020, ada penurunan penjualan secara domestik dan sebagaimana yang telah di bukukan sebesar 7,3 juta ton pada semester pertama ditahun ini atau turun sebesar -11,9% (-994 ribu ton) lebih rendah dari penjualan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, permintaan semen domestik nasional juga turun sebesar -7,7% yang mengakibatkan penurunan pangsa pasar perseroan dari 26,2% di semester I - 2019 menjadi 26,0% pada Semester Pertama 2020.
Dampak pandemi Covid-19 mengakibatkan pangsa pasar perseroan pada semester pertama tahun 2020 berada di tingkat 25,7% dengan mempertahankan pangsa pasar utama di Jawa Barat termasuk Jakarta sebesar 46,2% dan untuk keseluruan pulau Jawa sebesar 34,8%. Sehingga penurunan terjadi pada pendapatan neto sebesar -11.6% lebih rendah dari persentase penurunan volume penjualan disebabkan oleh harga jual rata-rata per ton (konsolidasi) lebih tinggi +0.9%.
Hal itu disampaikan Direktur dan Corporate Secretary, Oey Marcos, dalam siaran pers, Jum'at (7/8/2020) di Jakarta bahwa, dalam situasi ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, Indocement akan terus menjadi Cost-Leader dengan melakukan berbagai upaya pengurangan biaya seperti, peningkatan penggunaan batubara dengan nilai kalori lebih rendah dan harga yang lebih murah, peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif, dan efisiensi biaya tetap.
“Kami akan lebih fokus untuk mendistribusikan semen di pasar utama dan memaksimalkan volume output dari semua terminal semen yang ada juga meningkatkan volume ekspor baik klinker maupun semen putih,” ungkapnya.
Ia, pun, menjelaskan, dari data total penjualan di tahun 2019 berada diangka 8,405 juta ton dan ditahun 2020 semester pertama berada di 7,364 juta ton selisih sebesar -12,4% atau -1,042 juta ton. Sementara untuk ekspor sendiri di tahun 2019 sebesar 84 juta ton dan di tahun 2020 diangka 36 juta ton pada semester I, sehingga ada penurunan -48 juta ton dengan persentase sekitar -57.0%.
Disamping itu, tambahnya, berkenaan pada semester I membukukan posisi kas bersih sebesar Rp7,8 triliun. Arus kas yang kuat yang dihasilkan dari operasional dan upaya manajemen yang berkesinambungan untuk meningkatkan modal kerja merupakan kunci untuk mempertahankan neraca yang kuat tersebut.
Dengan posisi tanpa utang pada bank, Indocement siap menghadapi tantangan kondisi ekonomi yang cenderung masih belum membaik akibat dampak dari pandemi Covid-19 ditambah kondisi kelebihan pasokan nasional yang masih ada, demikian untuk kemungkinan opsi yang tersedia pada periode konsolidasi di dalam industri semen.
“Untuk tahun ini, di rapat umum pemegang saham tahunan yang diadakan pada tanggal 28 Juli 2020 lalu, total dividen yang akan dibayarkan untuk tahun 2020 adalah Rp1.841 miliar atau Rp500 per saham yang setara dengan 4.5% hasil dividen dengan menggunakan harga penutupan saham kemarin,” kata Oey Marcos.
Selanjutnya, perseroan menyisihkan penurunan nilai mesin dan peralatan sebesar Rp73,5 miliar yang berdampak pada penurunan laba usaha pada semester pertama 2020, dan posisi neraca keuangan yang kuat dengan total kas dan setara kas sebesar Rp7,8 triliun akan tetap meyakini pertumbuhan permintaan semen domestik yang lebih baik di semester kedua 2020.
Namun demikian beber Oey Marcos bahwa, pangsa pasar utama Indocement yang berada di keseluruhan Jawa Barat tetap kuat dan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dari 45,1% menjadi 46,2% dan untuk keseluruhan pulau Jawa, pangsa pasarnya meningkat dari 34,2% menjadi 34,8% dan Sumatera dari 11,6% menjadi 12,5%.
Namun demian tambahnya, pendapatan neto perseroan menurun sebesar -11,6% menjadi Rp6,2 triliun atau pada semester pertama tahun 2019 yakni Rp7,0 t riliun, yang disebabkan oleh penurunan volume. Sementara, beban pokok pendapatan pada semester pertama tahun 2020 turun sebesar -11.3% dari Rp4.840,0 miliar menjadi Rp4.295,3 miliar sebagai dampak dari penurunan volume penjualan disertai dengan harga batu bara yang lebih rendah dan upaya efisiensi berkelanjutan pada biaya produksi seperti penggunaan batu bara dengan nilai kalori lebih rendah dan peningkatan bahan bakar alternatif.
Untuk laba bruto tambah Oey Marcos, menurun sebesar -12,3% menjadi Rp1.879,9 miliar dibandingkan dengan Rp2.142,6 miliar pada periode yang sama pada tahun lalu. Marjin laba bruto menurun sebesar -30 bps dari 30,7% menjadi 30,4% pada semester pertama di tahun 2020. Marjin EBITDA mengalami penurunan sebesar -140 bps dari 16,9% menjadi 15,5% demikian juga dengan marjin laba usaha sebesar -240 bps dari 8,5% menjadi 6,1% pada semester pertama 2020.
“Satu kali penyisihan penurunan nilai mesin dan peralatan sebesar Rp73,5 miliar berdampak pada penurunan laba usaha. Tanpa alokasi satu kali tersebut, laba usaha kami turun sebesar Rp139 miliar atau turun 24%, bukan 36% dibandingkan hasil semester pertama di 2019 kemarin.
Kemudian, perseroan mencatat pendapatan keuangan-neto lebih rendah sebesar -16,3% dari Rp197,3 miliar pada semester pertama 2019 menjadi Rp165,2 miliar pada semester pertama 2020, yang disebabkan oleh tingkat suku bunga yang relatif rebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya,” jelasnya kemudian.
Pada sisi laba bersih, sambungnya pula, periode berjalan pada semester pertama 2020 menurun -26,6% menjadi Rp470,0 miliar atau pada semester pertama di 2019 yaitu Rp640,0 miliar disebabkan oleh penurunan volume dan hal lain yang dijelaskan sebelumnya.
“Pada kuartal kedua tahun 2020 dianggap sebagai kondisi ekonomi yang paling menantang di tahun ini dan dengan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam mendorong pemulihan ekonomi secara menyeluruh, Indocement tetap optimis akan kenaikan permintaan semen yang lebih tinggi di semester kedua dengan relaksasi PSBB dan mulainya lebih banyak pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur,” imbuhnya.
- Penulis : Fadjeriansyah - Editor : Rian - Sumber : Gema Saijaan Online
Yang mana entitas anaknya bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen sebagai usaha inti dan beton siap-pakai, serta tambang agregat dan trass, dengan jumlah karyawan mencapai 5.200 orang.
Melihat dari situasi yang sekarang di tahun 2020, ada penurunan penjualan secara domestik dan sebagaimana yang telah di bukukan sebesar 7,3 juta ton pada semester pertama ditahun ini atau turun sebesar -11,9% (-994 ribu ton) lebih rendah dari penjualan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, permintaan semen domestik nasional juga turun sebesar -7,7% yang mengakibatkan penurunan pangsa pasar perseroan dari 26,2% di semester I - 2019 menjadi 26,0% pada Semester Pertama 2020.
Dampak pandemi Covid-19 mengakibatkan pangsa pasar perseroan pada semester pertama tahun 2020 berada di tingkat 25,7% dengan mempertahankan pangsa pasar utama di Jawa Barat termasuk Jakarta sebesar 46,2% dan untuk keseluruan pulau Jawa sebesar 34,8%. Sehingga penurunan terjadi pada pendapatan neto sebesar -11.6% lebih rendah dari persentase penurunan volume penjualan disebabkan oleh harga jual rata-rata per ton (konsolidasi) lebih tinggi +0.9%.
Hal itu disampaikan Direktur dan Corporate Secretary, Oey Marcos, dalam siaran pers, Jum'at (7/8/2020) di Jakarta bahwa, dalam situasi ketidakpastian akibat pandemi Covid-19, Indocement akan terus menjadi Cost-Leader dengan melakukan berbagai upaya pengurangan biaya seperti, peningkatan penggunaan batubara dengan nilai kalori lebih rendah dan harga yang lebih murah, peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif, dan efisiensi biaya tetap.
“Kami akan lebih fokus untuk mendistribusikan semen di pasar utama dan memaksimalkan volume output dari semua terminal semen yang ada juga meningkatkan volume ekspor baik klinker maupun semen putih,” ungkapnya.
Ia, pun, menjelaskan, dari data total penjualan di tahun 2019 berada diangka 8,405 juta ton dan ditahun 2020 semester pertama berada di 7,364 juta ton selisih sebesar -12,4% atau -1,042 juta ton. Sementara untuk ekspor sendiri di tahun 2019 sebesar 84 juta ton dan di tahun 2020 diangka 36 juta ton pada semester I, sehingga ada penurunan -48 juta ton dengan persentase sekitar -57.0%.
Disamping itu, tambahnya, berkenaan pada semester I membukukan posisi kas bersih sebesar Rp7,8 triliun. Arus kas yang kuat yang dihasilkan dari operasional dan upaya manajemen yang berkesinambungan untuk meningkatkan modal kerja merupakan kunci untuk mempertahankan neraca yang kuat tersebut.
Dengan posisi tanpa utang pada bank, Indocement siap menghadapi tantangan kondisi ekonomi yang cenderung masih belum membaik akibat dampak dari pandemi Covid-19 ditambah kondisi kelebihan pasokan nasional yang masih ada, demikian untuk kemungkinan opsi yang tersedia pada periode konsolidasi di dalam industri semen.
“Untuk tahun ini, di rapat umum pemegang saham tahunan yang diadakan pada tanggal 28 Juli 2020 lalu, total dividen yang akan dibayarkan untuk tahun 2020 adalah Rp1.841 miliar atau Rp500 per saham yang setara dengan 4.5% hasil dividen dengan menggunakan harga penutupan saham kemarin,” kata Oey Marcos.
Selanjutnya, perseroan menyisihkan penurunan nilai mesin dan peralatan sebesar Rp73,5 miliar yang berdampak pada penurunan laba usaha pada semester pertama 2020, dan posisi neraca keuangan yang kuat dengan total kas dan setara kas sebesar Rp7,8 triliun akan tetap meyakini pertumbuhan permintaan semen domestik yang lebih baik di semester kedua 2020.
Namun demikian beber Oey Marcos bahwa, pangsa pasar utama Indocement yang berada di keseluruhan Jawa Barat tetap kuat dan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya dari 45,1% menjadi 46,2% dan untuk keseluruhan pulau Jawa, pangsa pasarnya meningkat dari 34,2% menjadi 34,8% dan Sumatera dari 11,6% menjadi 12,5%.
Namun demian tambahnya, pendapatan neto perseroan menurun sebesar -11,6% menjadi Rp6,2 triliun atau pada semester pertama tahun 2019 yakni Rp7,0 t riliun, yang disebabkan oleh penurunan volume. Sementara, beban pokok pendapatan pada semester pertama tahun 2020 turun sebesar -11.3% dari Rp4.840,0 miliar menjadi Rp4.295,3 miliar sebagai dampak dari penurunan volume penjualan disertai dengan harga batu bara yang lebih rendah dan upaya efisiensi berkelanjutan pada biaya produksi seperti penggunaan batu bara dengan nilai kalori lebih rendah dan peningkatan bahan bakar alternatif.
Untuk laba bruto tambah Oey Marcos, menurun sebesar -12,3% menjadi Rp1.879,9 miliar dibandingkan dengan Rp2.142,6 miliar pada periode yang sama pada tahun lalu. Marjin laba bruto menurun sebesar -30 bps dari 30,7% menjadi 30,4% pada semester pertama di tahun 2020. Marjin EBITDA mengalami penurunan sebesar -140 bps dari 16,9% menjadi 15,5% demikian juga dengan marjin laba usaha sebesar -240 bps dari 8,5% menjadi 6,1% pada semester pertama 2020.
“Satu kali penyisihan penurunan nilai mesin dan peralatan sebesar Rp73,5 miliar berdampak pada penurunan laba usaha. Tanpa alokasi satu kali tersebut, laba usaha kami turun sebesar Rp139 miliar atau turun 24%, bukan 36% dibandingkan hasil semester pertama di 2019 kemarin.
Kemudian, perseroan mencatat pendapatan keuangan-neto lebih rendah sebesar -16,3% dari Rp197,3 miliar pada semester pertama 2019 menjadi Rp165,2 miliar pada semester pertama 2020, yang disebabkan oleh tingkat suku bunga yang relatif rebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya,” jelasnya kemudian.
Pada sisi laba bersih, sambungnya pula, periode berjalan pada semester pertama 2020 menurun -26,6% menjadi Rp470,0 miliar atau pada semester pertama di 2019 yaitu Rp640,0 miliar disebabkan oleh penurunan volume dan hal lain yang dijelaskan sebelumnya.
“Pada kuartal kedua tahun 2020 dianggap sebagai kondisi ekonomi yang paling menantang di tahun ini dan dengan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam mendorong pemulihan ekonomi secara menyeluruh, Indocement tetap optimis akan kenaikan permintaan semen yang lebih tinggi di semester kedua dengan relaksasi PSBB dan mulainya lebih banyak pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur,” imbuhnya.
- Penulis : Fadjeriansyah - Editor : Rian - Sumber : Gema Saijaan Online